LAPORAN BACA
Nama : Benalia Hulu
Semester : IV (empat)
Dosen : M.P. Aritonang, M.Th
Buku :
Pandangan Kontemporer Dalam Eskatologi
Pengarang : Millard J. Erickson
Bagian
I Pandangan-pandangan Mengenai latar Belakang
Bab
I Schweitzer dan Dodd
Abad
kesembilan belas merupakan masa pergolakan teologis dalam berbagai bidang.
Sintesa ortodoks, walaupun bervariasi mulai dari Lutheran sampai Reformed dan
bahkan Katolik Roma, telah mempertahankan pengertian dasar tentang natur
teologi untuk beberapa waktu. Orang Kristen abad sembilanbelas, yang hidup di
tengah-tengah perkembangan-perkembangan baru, yakin terhadap satu hal: sebagai
orang Kristen, mereka
harus memiliki hubungan khusus dan memperhatikan Yesus, yang disebut Kristus.
Namun hal ini menimbulkan pertanyaan yang lebih penting, siapakah sebenarnya
Yesus? Penyelidikan akan Yesus yang ada dalam sejarah (Yesus historis)
merupakan usaha untuk menelusuri kembali pribadi Yesus sebagaimana adanya Dia.
Pengajaran Yesus
mengenai kerajaan Allah dianggap sebagai sesuatu yang mendasar dan utama dalam
seluruh pandangan dan pesan yang disampaikan-Nya. Albrecht Ritschl, yang
memberikan pembahasan cukup luas mengenai doktrin ini, mengatakan bahwa
kekristenan bukan sebuah lingkaran yang memiliki satu pusat, melainkan sebuah
elips yang memiliki dua titk pusat yaitu doktrin penebusan (karya kasih karunia
ilahi) dan kerajaan Allah (aktivitas etis dari manusia). Kerajaan ini adalah
masyarakat yang bermoral, yang dibedakan oleh tindakan timbal balik yang
dimotivasi oleh kasih. Kerajaan ini dibentuk oleh manusia, tetapi tidak
terlepas dari motif-motif agama. Yesus membangun kerajaan ini. Pentingnya Yesus
terutama terletak pada kehidupan-Nya, bukan kematian-Nya. Yesus merupakan
teladan sempurna dari tipe manusia yang akan dipersatukan dalam kerajaan Allah.
Ia adalah perwujudan yang sepenuhnya dari Allah sebagai kasih. Eskatologi Yang Konsisten
Schweitzer
merupakan sebuah contoh modern dari seorang jenius yang universal. Schweitzer
menerapkan metode pencarian Yesus yang liberal dan menggunakan bahan yang sama.
Ia menelusuri jejak para pencari ‘Yesus yang historis’. Sebagai materi yang
otentik, dan evaluasinya mengenai hasil mereka agak negativ. Apapun pemecahan
akhirnya, ‘Yesus yang historis’ yang akan digambarkan oleh kritik-kritik di
masa yang akan datang. Schweitzer menyatakan bahwa Yesus yang dibicarakan dan
dituliskan oleh para peneliti liberal tidak memiliki realita sama sekali,
‘Yesus dari Nazaret yang muncul dalam masyarakat sebagai Mesias, yang
mengkhotbahkan pengajaran tentang kerajaan Allah, yang membangun kerajaan Allah
di Bumi, dan mati untuk
memberikan pentahbisan akhir pada pekerjaan-Nya, tidak pernah memiliki
eksistensi. Ia adalah sebuah figur yang dirancang oleh rasionalisme, diberi
kehidupan oleh riberalisme, dan diselubungi oleh teolegi medern dalam jubah
historis.
Eskatologi
Yang Direalisasikan
Eskatologi
yang direalisasikan, yaitu sebuah gerakan yang secara khusus didentifikasikan
dengan Charles H. Dodd (1884-1973), namun juga menjadi pandangan beberapa orang
lainnya. Eskatologi ini memiliki ciri yang sama dengan eskatologi yang
konsisten yaitu: melihat motif eskatologi menembus Kitab Suci, dan khususnya
pengajaran-pengajaran Yesus. Walaupun demikian, eskatologi konsisten menganggap
peristiwa-peristiwa yang diantisipasi oleh Yesus sebagai peristiwa yang tidak
pernah terjadi, sedangkan Dodd mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa ini telah
terjadi. Pandanganya mengenai eskatologi merupakan sesuatu yang kadang-kadang
disebut ‘preteris’.
Eskatologi
yang direalisasikan menentang gagasan mengenai masa yang akan datang dalam kaitan dengan pengajaran-pengajaran
Yesus. Yesus tidak berbicara mengenai peristiwa-peristiwa akan datang yang
belum terpenuhi. ‘hal-hal yuang harus tiba’ sudah
tiba. Kitab Suci menunjukkan kontras yang tajam antara ‘zaman ini’ dan
‘zaman akan datang’. Dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama kontras ini berpusat
pada hari Tuhan, yang ditandai oleh tiga hal yaitu: hari itu bersifat
supernatural; hari Tuhan akan mencakup penggulingan kekuasaan jahat, dan juga
penghakiman dosa-dosa umat manusia ketika hari Tuhan itu datang, akan ada
keadilan; karena kehendak Allah bagi manusia adalah kesempurnaan hidup gambar
Allah dan dalam persekutuan dengan-Nya, maka hari Tuhan akan membawa kehidupan
yang baru pada orang-prang, di mana melalui mereka kehendaak Allah itu
terpenuhi.
Kekuatan
dari eskatologi yang direalisasikan adalah Pengajaran bahwa banyak dari
eskatologi yang dibicarakan oleh Yesus sudah dipenuhi atau sedang dipenuhi pada
zaman-Nya. Dalam Kristus masa depan itu telah datang, atau setidaknya masa
depan itu telah dimulai.
Bab
II Bultmann dan moltmann
Eskatologi
Eksistensial. Bultmann tidak menulis sebagai seorang
ahli teologi yang sistematis melainkan sebagai sarjan Perjanjian Baru. Ia
mendapat banyak hal yang bersifat mitologis. Yang dimaksudkannya dengan mitos adalah uraian mengenai
realitas-realitas dunia lain yang diambil
dari dunia ini. Ada tiga cara untuk membahas mitologi dalam Perjanjian
Baru. Pertama adalah semata-mata
dengan menerimanya secara hurufiah, dan hal inilah yang dilakukan oleh
fundamentalisme. Namun, Bultmann mengatakan, hal ini jelas tidak mungkin bagi
manusia modern berdasarkan konsep ilmiah tentang realitas yang ada sekarang. Revolusi Copernicus berpendapat manusia-manusia yang
sudah maju dalam pemikiran tidak mungkin menganggap alam semesta ini sebagai
alam yang terdiri atas ‘bagian atas’, dan ‘bagian bawah’, atau bersesuaian
dengan kerangka referensi ruang. Konsep semacam ini tidak lagi memiliki arti.
Demikian pula pengetahuan medis telah mengungkapkan bahwa penyakit tidaklah
disebabkan oleh kerasukan setan, melainkan oleh bakteri, virus dan organisme-organisme
lain.
Cara yang kedua
untuk membahas mitologi Perjanjian Baru adalah cara liberalisme: menolak unsur-unsur
mitologis dari Perjanjian Baru. Para penganut liberalisme berusaha untuk
mempertahankan pesan Perjanjian Baru., tetapi tanpa unsur-unsur yang sekarang
tidak dapat dipertahankan lagi. Bultmann menyebut hal ini sebagai metode
seleksi atau pengurangan. Sayangnya, katanya, hal ini tiduk mungkin. Dalam
banyak segi, hal-hal yang mitologis itu sangat berkaitan dengan hal-hal yang
non mitologis sehingga keduanya pada dasarnya tidak terpisahkan.
Cara yang ketiga
untuk membahas mitologi perjanjian baru adalah cara yang diyakini oleh Bultmann
sebagai cara yang superior: yaitu tidak menerima mitologi secara harafiah atau
menolaknya, melainkan menafsirkannya. Ia menganggap serius mitos itu sebagi
sesuatu yang sungguh-sungguh membawa pesan, tetapi tidak secara haraifah.
Proses ini dikenal sebagai demitologisasi, sebuah istilah yang mengisahkan sesuatu untuk diharapkan karena
hal ini menyatakan bahwa mitos ini dihapuskan. Sebaliknya, mitos ditafsirkan
kembali, dibiarkan tetap ada, tetapi kita memberikan karakter yang berbeda.
Bultmann berusaha untuk memahami mitos tersebut dalam bentuk pengertian yang
eksistensial dan bukan harafiah.
Teologi Pengharapan.
Pada pertengahan tahun 1960-an muncul sebuah teologi
baru yang dengan tegas menekankan eskatologi bukan sebagai salah satu doktrin
yang paling penting dari iman Kristen,
juga bukan senagi doktrin yang paling penting, melainkan sebagai keseluruhan
teologi. Teologi ini dengan cepat diberi nama teologi pengharapan dan secara
khusus didentifikasikan dengan Jurgen Moltmann, yang sekarang adalah professor
teologi di University of Tubingen. Untuk memahami teologi ini, kita harus
melihat dari konteksengalaman pribadi Moltmann dan juga pengaruh budaya yang
luas. Moltmann melihat pentingnya pengharapan, bahkan pengharapan untuk
bertahan hidup secara jasmani, tetapi pada dasarnya kami tidak skeptic ataupun
menarik diri. Pada tahun 1957 ahli teologi Belanda Arnold A. Van Ruler
memperkenalkan Moltmann pada eskatologi. Tetapi baru melalui pembacaan ahli
filsafat Marxis Ernas Bloch ia menjadi terbuka dan tertantang oleh kosep
pengharapan. Tetapi yang baik untuk memulai penyelidikan tentang teologi
eskatologi dari Moltmann adalah memperhatikan hakikat apologetiknya. Ini
merupakan suatu usaha untuk menunjukkan relevansi iman Kristen dengan cara
mengaitkannya secara pasti dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
dunia sekuler. Ia melihat banyak orang merasa yakin bahwa teologi Kristen telah
menjadi tidak relevan, berpusat pada diri sendiri dan individualistic, lepas
kontak dari realitas.
Kesulitan yang meluas memberikan tantangan baru untuk
teologi. Dua pengalaman menggarisbawahi situasi yang baru ini. Yang pertama adalah perbincangan dengan para
penganut aliran ateis, humenis, dan marxis modern, dimana seorang selalu sampai pada pengetahuan
adanya jurang yang mendalam pada zaman modern pada saat yang bersamaan, karena
kebutuhan pengharapan telah muncul pengharapan yang duniawi akan masa depan
dunia tetapi tanpa iman kepada Allah. Yang kedua
ada ketidakjelasan tertentu mengenai teologi tersebut seharusnya sangat
tepat sama sekali tidak jelas apa seharusnya aktifitas gereja, atau efek sikap
manusiawi ini. Ada pertentangan yang cukup besar mengenai sejauh mana
pengharapan yang dinyatakan dan dikehendaki oleh Multmann bersifat duniawi,
sebuah masyarakat baru yang akan diwujudkan di bumi, dan sejauh man hal ini
bersifat baka, yaitu sesuatu yang akan dialami setelah kehidupan dalam kerajaan
surga berdasarkan apa yang ada, teologi ini mengungkapkan panggilan terhadap
gereja yang didukung dengan baik dan dinyatakan dengan jelas untuk menyatakan
pengaruhnya dalam mengubah dunia untuk membentuk masa depan tetapi bagaimana bentuk
masa depan itu atau apa yang harus dilakukan oleh gereja masih sangat tidak
jelas.
Bagian II
Pandangan-pandangan Tentang Milenium
Bab III Postmilenialisme
Tinjauan mengenai Postmilenialisme. Yang pertama adalah bahwa Kerajaan Allah itu
terutama merupakan realitas pada saat uini; kerajaan itu ada di bumi. Kerajaan
itu bukan sebuah dunia atau daerah kekuasaan di mana Tuhan memerintah. Lebih
tepatnya, kerajaan itu adalah pemerintahan Kristus dalam hati manusia.
Dimanapun manusia percaya kepada Yesus Kristus, menyerahkan diri mereka
kepada-Nya dan menaati-Nya, kerajaan itu hadir. Dan kerajaan itu juga bukan
sesuatu yang terjadi melalui perubahan yang besar di masa yang akan datang.
Yang kedua, para penganut postmilenialisme
mengharapkan pertobatan dari semua bangsa sebelum kedatangan Kristus.
Pengajaran Injil akan efektif. Ini bukan usaha manusia, yang dicapai melalui
keterampilan yang tinggi atau metodologi yang diasah dengan baik, melainkan
hasil perbuatan ilahi, yang dicapi melalui Roh Kudus. Yang menghukum dan
membaharui manusia. Pengajaran yang ketiga
dari postmilenialisme adalah pengharapan akan periode perdamaian yang
panjang di bumi yang disebut dengan milenium. Ketika lebih
banyak orang menyerahkan diri mereka pada rencana Allah dan mulai mempraktekkan
pengajaran dan cara hidup yang ditetapkan-Nya, perdamaian akan merupakan akibat
wajar daripadanya.
Yang
keempat, membedakan: pertumbuhan kerajaan secara bertahap. Sebuah milenialisme
pada zaman kita, menyatakan bahwa pemerintahan milenium akan dimulai dengan
cara tiba-tiba dan dramatis, melalui kedatangan Tuhan yang tampak secara
jasmani. Konsep postmilenial, di pihak lain, adalah bahwa penyebaran Injil yang
terus meningkat akan memperkenalkan kerajaan Allah. Yang kelima, pada akhir milenuim akan ada saat kemurtadan dan gejolak
kejahatan yang terjadi sehubungan dengan munculnya Antikristus.
Ajaran-ajaran
Postmilenialisme.
·
Penyebaran
Injil
Pertama,
nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama menciptakan pengharapan ini. Salah satu
nubuat terdapat pada Yesaya 45:22-25. ‘berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah
dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi!....dst’. walaupun kutipan ini
merupakan sebagian dari bacaaan yang berbicara mengenai perjanjian Yahweh
dengan bangsa-Nya yang terpilih yaitu Israel, kutipan tersebut tampaknya
berbicara mengenai penerimaan yang universal terhadap-Nya, dan dengan demikian
pemerintahan yang universal oleh-Nya. Kedua,
Yesus berulang kali mengatakan bahwa Injil akan dikhotbahkan ke seluruh dunia
dan bahwa hal ini akan terjadi sebelum kedatangan-Nya kedua. Ketiga, perintah agung yang diberikan
Kristus kepada Rasul-Nya setelah kebangkitan-Nya adalah membawa berita Injil
kepada setiap bangsa dan setiap mkhluk. Proses pemberitaan Injil ini harus
terus berlangsung sampai pada akhir zaman.
·
Hakikat
Kerajaan Allah
Ciri
yang penting dari postmilenialisme adalah pandangannya bahwa Kerajaan Allah
merupakan realitas dunia pada saat ini, dan bukan realitas surga di masa yang
akan datang. Kerajaan Allah itu ada di sini pada saat ini, dan kerajaan itu
berkembang secara bertahap, dan hampir tidak dapat kita lihat atau rasakan.
Yesus secara luas mendiskusikan kerajaan itu dalam perumpamaan-perumpamaan,
khususnya perumpamaan dalam Matius 13. Dari antara tujuh perumpamaan yang
tercatat dalam bab itu, empat di antaranya membandingkan Kerajaan Surga dengan
proses pertumbuhan. Karena itu adalah sesuai dengan hukum perkembangan alam
jika proses yang bertahap ditandai oleh peristiwa-peristiwa yang dramatis atau
mengalami perubahan yang besar. Hal ini tampak jelas dalam sejarah peranjian
Allah dengan umat-Nya.
·
Hakikat
Milenium
Boettner
merasa bahwa arti dari milenium lebih
bersifat kualitatif dibandingkan kuantitatif. Satu penafsiran adalah bahwa
kebangkitan yang pertama mengacu pada dihidupkannay kembali roh-roh dari
orang-orang yang menjadi martir pada sejarah awal gereja. Pandangan lainnya
adalah bahwa kebangkitan yang pertama mengacu kepada kenaikan para martir ini
ke surga, yang sekarang memerintah bersama Kristus di dalam suatu keadaan yang
kadang-kadang disebut sebagai ‘keadaan yang segera’.
Bab
IV Amilenialisme
Ciri-ciri
umum dari amilenialisme, kita dapat melakukannya paling baik dengan cara
memperhatikan ajaran-ajarannya yang sesuai dengan postmilenialisme. Yang pertama adalah bahwa kedatangan Kristus
yang kedua akan memulai akhir zaman dan keadaan final (final state), baik dari
orang beriman maupun orang tidak beriman. Ciri kedua adalah bahwa masa seribu
tahun dalam Wahyu 20 lebih bersifat simbolis daripada harafiah, dan tidak
bersifat sementara. Para penganut postmilenialisme percaya pada pemerintahan
Kristus di bumi tanpa kehadiran Kristus. Walaupun demikian, keyakinan ini tidak
didasarkan pada Wahyu 20; sesungguhnya, bagian ini dianggap sebagai bacaan yang
tidak relevan dengan masalah di atas. Para penganut amilenialisme sependapat
bahwa kedua kebangkitan tersebut tidak semuanya bersifat jasmani. Tetapi
beberapa penganut amilenialisme menganggap kebangkitan yang pertama bersifat
rohani dan yang kedua jasmani; yang lain lagi menganggap kedua kebangkitan
tersebut bersifat rohani.
Persamaan
antara amilenialisme dan premilenialisme. Yang pertama adalah pandangan yang pesimis. Para penganut amilenialisme
tidak mengantisipasi perkembangan kebenaran yang meluas ke seluruh dunia dan
yang akan menembus setiap bidang dalam masyarakat.
Ajaran-ajaran
Amilenialisme
Dua
Kebangkitan
Unsur
yang penting dalam amilenialisme adalah pembahasannya mengenai dua kebangkitan
yang dinyatakan dalam Wahyu 20:4-5, ‘dan mereka hidup kembali (kebangkitan yang
pertama) dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa
seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir
masa seribu tahun itu’. Kebangkitan pertama menurut penganut amilenialisme,
bersifat rohani, sedangkan yang kedua mungkin bersifat jasmani atau rohani.
Sebagian besar penganut amilenialisme menganggap kebangkitan yang kedua
bersifat jasmani, dan para penulis seperti Floyd E. Hamilton telah mengemukakan
beberapa argumentasi untuk pandangan ini.
Para
penganut premilenialisme biasanya memusatkan kritik-kritik mereka terhadap
penafsiran amilenialisme mengenai kedua kebangkitan ini pada fakta bahwa
digunakan kata Yunani yang untuk kedua kebangkitan tersebut, “Mereka hidup
kembali (ezesan) dan memerintah
sebagai raja bersama-sama dengan kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi
orang-orang mati yang lain tidak bangkit (ezesan)
sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu”. Para penganut premilenialisme
beragumentasi bahwa tidak ada dasar yang kokoh untuk menyatakan kedua jenis
kebangkitan ini berbeda. Jika yang satu bersifat jasmani, maka yang lainnya
pasti bersifat jasmani. Pandangan Hughes: kedua kebangkitan di atas pada
hakikatnya sama. Kebangkitan yang pertama bersifat rohani, kenaikan jiwa ke
surga. Kebangkitan yang kedua juga bersifat rohani, tetapi hal ini pada
dasarnya bersifat hipotesis. Bacaan ini dalam keseluruhannya menggambarkan
jiwa-jiwa yang dibebaskan dalam keadaan masih melayang-layang, dan tidak
mengatakan apa-apa mengenai kebangkitan tubuh.
Bab V
Premilenialisme
Dalam
premilenialisme terdapat pandangan yang agak populer, khususnya dalam lingkup
penginjilan atau konservatif. Dalam beberapa hal pandangan ini jelas, pasti,
sederhana, dan langsung. Ciri pertama yang penting dari premilenialisme adalah
pemerintahan Kristus di bumi yang berbentuk oleh kedatangan-Nya yang kedua.
Sama dengan postmilenialisme, premilenialisme menyatakan bahwa akan ada satu
periode waktu di mana kehendak Allah di lakukan di bumi, periode di mana
pemerintahan Kristus menjadi kenyataan di antara manusia. Pemerintahan ini
berarti bahwa akan terjadi perdamaian, kebenaran, dan keadilan sepenuhnya di
antara manusia.
Ajaran-ajaran
Premilenialisme
Dua
Kebangkitan
Penganut
aliran premilenialisme den gan gigih mempertahankan bahwa kebangkitan yang
disebutkan dalam Wahyu 20:4-6 kedua-duanya pada hakikatnya bersifat jasmani.
Para penganut premilenialisme menggunakan hermeneutika yang relatif dan
harafiah dalam menafsirkan Kitab Suci, khususnya mengenai penyingkapan (Apocalypse). Ini berarti bahwa kata-kata
tersebut diartikan secara harafiah jika hal ini tidak menimbulkan
ketidaklogisan. Lebih lanjut, para penganut premilenialisme menunjukkan
kecenderungan yang kuat terhadap penafsiran Wahyu yang futuristik, dan bukan
preteris, historis, atau idealis. Penafsiran preteris mengnggap
peristiwa-peristiwa dalam Kitab Wahyu telah terjadi ketika kitab ini ditulis,
penafsiran historis menganggap peristiwa-peristiwa ini sebagai peristiwa masa
depan ketika kitab itu ditulis, tetapi terjadi sepanjang sejarah gereja;
penafsiran idealis atau simbolis melepaskan peristiwa-peristiwa ini dari
sejarah, dan membuatnya semata-mata sebagai simbol kebenaran yang tidak
terbatas oleh waktu; penafsiran futuristik menganggap peristiwa-peristiwa ini
terutama terjadi pada zaman akhir.
Bagian
3 Pandangan-pandangan Tribulsional
Bab
VI Dispensasionalisme
Konsep
keselamatan dispesasionalisme hanya didapatkan melalui iman. Beberapa kritikus terhadap dispensasionalisme
telah menyalahkan para pendukungnya atas keyakinan pada cara-cara atau saluran
keselamatan baru. Tetapi yang lebih benar, para penganut dispensasionalisme
mengatakan bahwa sementara terang yang baru itu telah dicurahkan pada hubungan
antara Allah dengan manusia, belum ada cara baru untuk memasuki hubungan itu.
Para penganut aliran dispensasionalisme utama dengan gigih memprtahankan
kesatuan dari keselamatan ini kelahiran baru terjadi pada semua periode
hubungan Allah dengan manusia. Tidak seorang pun pernah memasuki persekutuan
dengan Allah tanpa iman dan kelahiran baru.
Ajaran-ajaran
Dispesasionalisme
Penafsiran
Kitab Suci
Ajaran pertama
dispensasionalisme adalah bahwa Alkitab harus ditafsirkan secara harafiah.
Untuk mengetahui hal ini sepenuhnya, kita harus mengetahui bahwa
dispensasionalisme itu muncul pada saat timbul higher criticism yang lebih besar. Para penganut dispensasionalisme
berusaha untuk memahami Kitab Suci itu dengan cara yang sangat harafiah.
Israel
dan Gereja
Ajaran
penting kedua dari dispensasionalisme adalah perbedaan yang tajam dan pasti
antara Israel dengan gereja. Pertama bahwa bangsa Israel dan bangsa kafir
dikontraskan dalam Perjanjian Baru. Israel disebut sebagai bangsa yang
bertentangan dengan bangsa kafir setelah
gereja terbentuk pada Pentakosta (Kisah para rasul 3:12; 4:8, 10; 5:21, 31,
35,; 21:28). Dalam Roma 10:1 Paulus berdoa bagi Israel, sebuah refrensi yang
jelas terhadap Israel sebagai bangsa yang ‘asli’ yang berbeda dan berada di
luar gereja. Implikasinya adalah bahwa istilah bahwa Israel harus selalu dimengerti dalam bentuk yang paling hurafiah
yaitu sebagai Israel etnis, nasional, yaitu gereja. Hal ini berarti bahwa semua
janji-janji Allah kepada Abraham dan benih keturunannya harus secara harfiah
dipenuhi dalam umat Israel yang sesungguhnya, sebagai bangsa. Karena beberapa
dari janji-janji ini belum terpenuhi seluruhnya, maka ini akan dipenuhi pada
masa yang akan datang. Dengan demikian, Allah pasti memiliki waktu perjanjian
khusus dengan bangsa perjanjian yaitu Israel.
Dua
Kerajaan
Dispensasionalisme
membedakan antara Kerajaan Allah dengan Kerajaan Surga, dan mendasarkan
perbedaan ini terutama pada fakta bahwa sebagian besar dari perumpamaan
mengenai Kerajaan (surga) dalam Matius 13 tidak didapatkan dalam Kitab Markus
dan Lukas. Kerajaan Surga, menurut Scofield, memiliki ciri Yahudi, Mesias, dan
Daud. Di lain pihak, Kerajaan Allah bersifat universal.
Bab
VII Pretribulasionisme
Titik
awal untuk menyelidiki pretribulasionisme adalah pandangannya mengenai hakikat
kesengsaraan yang besar. Jelasnya, banyak bagian dalam Alkitab berbicara
mengenai kesengsaraan dan perang yang merupakan ciri-ciri pengalaman orang suci
dalam semua zaman di mana terjadi perjanjian Penebusan Allah dengan
anak-anak-Nya. Yang kedua dan sangat penting dari pretribulasionisme adalah
gagasan bahwa Yesus akan datang untuk gereja-Nya sebelum masa kesengsaraan yang
besar untuk “mengangkat”nya keluar dari dunia ini. Tujuan dari pengangkatan ini
adalah untuk melepaskan gereja dari sejarah dunia selama kesengsaraan tujuh
tahun itu.
Kesimpulan
Pandangan-pandangan
yang diajukan dan argumentasi-argumentasi yang dikemukakan oleh para penganut
diatas, secara keseluruhan, premilenialisme postribulasionalisme tampaknya
merupakan hal yang paling baik untuk dilakukan, khususnya penafsiran
argumentasi-argumentasi mengenai Wahyu 20, tampak meyakinkan saya. Pada saat
yang bersamaan, kesaksian Alkitab tampaknya jelas mendukung penafsiran bahwa
gereja akan berada di atas bumi selama masa kesengsaraan, tetapi akan didukung
oleh perlindungan dan penyediaan Allah yang penuh kemurahan.
Doktrin
mengenai kedatangan Tuhan yang kedua, itu merupakan perbedaan penafsiran dan
keyakinan kadang-kadang menjadi dasar terpisahnya persekutuan. Perselisihan
yang terjadi itu biasanya diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan ini.
Tanggapan
Dalam Buku Ini:
·
Kelebihan.
Buku ini dapat membantu para pelajar, mahasiswa, yang mau meyelidiki secara
mendalam dan objektif mengenai pandangan-pandangan eskatologis yang terdapat di
dalam lingkup yang mana pada suatu hari nanti akan melayani. Dan dapat
menambah wawasan baru bagi setiap
pelajar yang ingin mempelajarinya.
·
Kekurangan.
Pandangan-pandangan para penganut diatas dapat membingungkan para pembaca
apabila tidak memahami dengan baik argumentasi-argumentasi tersebut.
Casinos Near Me - MDMCD.com
BalasHapusFind the closest casinos 의정부 출장마사지 near you in Maryland in MD with 광양 출장샵 Dr.MD. Find your 통영 출장마사지 nearest casinos with 시흥 출장안마 locations in 777 논산 출장샵 Casino Center Boulevard, Charles Town, Washington